Materi ini tentang Sejarah Perkembangan Islam Di Nusantara/Indonesia, ini merupakan materi pelajaran kelas IX. Semoga materi ini membantu kalian dalam proses belajar, makasih :)
Selamat membaca :)
Selamat membaca :)
Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara
Latar
Belakang
Sebelum
Islam masuk ke Indonesia, keadaan dan corak kehidupan masyarakat Indonesia
sangat dipengaruhi oleh tata susunan kasta-kasta yang menjadikan kehidupan
masyarakat terbagi menjadi kelas-kelas masyarakat. Kehidupan manusia tidak
dapat bebas di dalam masyarakat dan tidak ada hak yang sama dalam pergaulan
sesama hidup manusia.
Kepercayaan
yang berkembang di Indonesia pada masa sebelum datangnya Islam yaitu Animisme,
Dinamisme, Hinduisme, dan Budhisme. Pada waktu agama Islam masuk di Indonesia,
keadaan kepercayaan Animisme, Hinduisme dan Budhisme masih sangat kuat. Banyak
di antara kita tidak mengetahui pengetahuan tentang sejarah Islam di Indonesia.
Maka dari itu, saya akan membahas tentang Sejarah Islam di Indonesia.
A.
Teori Tentang Negeri Asal Islam di Indonesia
Negeri
asal masuknya agama Islam ke Indonesia, terdapat beberapa pendapat yang masih
sekarang masih menimbulkan perdebatan. Terdapat tiga teori tentang negeri asal
masuknya agama Islam di Indonesia, yaitu:
1. Teori India
a.
Teori Pertama
Teori
ini menyatakan bahwa Islam Indonesia berasal dari Gujarat dan Malabar. Pendapat
ini dipelopori oleh Pijnapel, yang menelusuri Islam Indonesia kepada pengikut
mazhab Syafi’i dari Gujurat dan Malabar. Apalagi kawasan ini sering disebut
dalam sejarah purbakala Indonesia. Pendapat ini diikuti oleh ilmuan di
belakangnya seperti W. F. Stutterheim, J. C. Van Leur, T. W. Arnold, Bernard H.
M. Vlekke, Schrieke, dan Clifford Geertz.
b.
Teori Kedua
Teori
yang menyatakan bahwa Islam Indonesia berasal dari India selatan, tepatnya dari
Koromandel. Pendapat ini dipelopori oleh Snouck Hurgronje. Dia memperlihatkan
pengaruh India Selatan dalam bidang sastera, tasawuf populer dan
legenda-legenda agama suku-suku bangsa muslim di kepulauan Indonesia. Pendapat
ini diperkuat oleh G. E. Marrison yang menyatakan bahwa Islam datang dari
pantai Koromandel. Alasannya, Cambay pada tahun 1393 sebagai kota Hindu dan
Gujarat baru jatuh ke tangan Muslim pada tahun 1297. Ia juga menyebutkan bahwa
orang-orang Muslim sudah mapan selama berabad-abad di India Selatan, tanpa
mempunyai kekuasaan politik, sebelum ekspansi kesultanan Delhi pada awal abad
ke-14. Di samping itu, ia menyatakan bahwa mazhab Syafi’i tidak ghalib di
Gujarat. Seluruh Hikayat Raja-raja Pasai mempunyai latar belakang yang
sangat diwarnai oleh India Selatan.
2. Teori Benggali
Teori
Benggali berpendapat bahwa Islam Indonesia berasal dari Benggali (Bangladesh
sekarang). Pendapat ini dikembangkan oleh S. Fatimi. Dengan bersandar kepada
pendapat Marcopolo dan Tome Pires. S. Fatimi menyimpulkan bahwa Islamnya
kerajaan Samudera Pasai berasal dari Benggali. Hal itu dikuatkannya dengan
sudah terjalinnya hubungan niaga antara Benggali dan Samudera Pasai sejak zaman
purba. Di samping itu, Benggali ditaklukkan orang-orang Muslim dan diislamkan
pada kira-kira tahun 1200, satu abad sebelum Gujarat dan India Selatan.
Dalam
bukunya Tome Pires juga menggambarkan tentang Samudera Pasai. Di Samudera Pasai
banyak bermukim saudagar Moor dan India, yang terpenting adalah orang-orang
Benggala. Keterangan Pires inilah yang merupakan titik pangkal pendapat bahwa
Islam di Indonesia diimpor dari Benggala.
3. Teori Arab
Adapun
teori yang menyatakan Islam Indonesia berasal dari Arab, pertama kali
dilontarkan oleh Crawfurd (1820), Keyzer (1859) kemudian diikuti oleh Niemann
(1861), de Hollander (1981), dan Veth (1878). Crawfurd menyatakan, bahwa Islam
Indonesia berasal dari Mesir, dengan alasan Mesir menganut Mazhab Syafi’i ;
Hollander berpendapat dari Hadramut juga dengan alasan negeri itu menganut
mazhab Syafi’i ; sedangkan Veth hanya menyebutkan bahwa Islam Indonesia dibawa
oleh orang-orang Arab, tanpa menyebutkan tempat asal. Di Indonesia pendapat ini
dipopulerkan oleh Hamka. Teori yang dikembangkan Hamka ini mendapatkan
perhatian dan pembenaran dalam seminar-seminar yang membahas sejarah masuknya
Islam di Indonesia, baik nasional maupun lokal.
Ilmuan
lainnya adalah Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Dalam karangannya yang berjudul Islam
dalam Sejarah Kebudayaan Melayu dia menyatakan: “ Teori bahwa Islam itu
datangnya dari India dan dibawa serta dan disebarkan oleh orang-orang India
harus kita tolak dan singkirkan pengenaannya terhadap sejarah asal-usul Islam
di sini ”. Dia berpendapat bahwa dalam teori India itu penekanan didasarkan
atas ciri-ciri “luar”. Dia menganjurkan agar penelusuran asal-usul Islam di
sini dilakukan melalui kenyataan-kenyataan “dalam”. Dan tulisan serta bahasa
dan kesusasteraan yang benar-benar merupakan ciri yang sah untuk memutuskan
perkara ini. Menurutnya, tidak satupun laporan, rujukan atau sebutan yang
merujuk kepada penulis India atau kepada kitab yang berasal dari India dan
digubah oleh orang India. Mubaligh-mubaligh lama Islam di daerah ini pun
terdiri dari orang-orang Arab.
B.
Teori Tentang Masa Kedatangan Islam di Indonesia
1. Teori
Pertama
Teori
pertama, menyatakan bahwa Islam sudah datang di Indonesia sejak abad pertama
Hijriah atau abad ke-7/8 M. Di anatara ilmuan yang menganut teori ini adalah :
J. C. Van Leur, T. W. Arnold, Hamka, Abdullah bin Nuh dan D. Shahab.
Di
antara alasan yang dijadikan sandaran mereka adalah bahwa pada 674 di pantai
Barat Sumatera telah terdapat perkampungan (koloni) Arab Islam. Bangsa Arab
sudah aktif dalam lapangan perniagaan laut sejak abad-abad pertama Masehi.
Mereka telah lama mengenal jalur perdagangan laut melalui Samudera Indonesia
2. Teori
Kedua
Teori
kedua, menyatakan bahwa Islam datang di Indonesia pada abad ke-13. Di antara
sejarawan yang menganut teori ini adalah C. Snouck Hurgronje. Pendapat ini
kemudian diikuti oleh banyak sejarawan, seperti W. F. Stutterheim dan Bernard
H. M. Vlekke. Pendapat ini di dasarkan pada batu nisan Sultan pertama dari
Kerajaan Samudera Pasai, yakni al-Malik al-Saleh yang wafat pada 1297. Alasan
lainnya adalah keterangan Marcopolo yang menyatakan bahwa di Perlak pada tahun
1292, penduduknya telah memeluk agama Islam. Namun, dia menyatakan bahwa Perlak
merupakan satu-satunya daerah Islam di Nusantara ketika itu.
C. Kedatangan Islam dan Cara Penyebarannya
Kedatangan
Islam dan cara penyebarannya di kalangan golongan bangsawan dan rakyat umumnya,
ialah dengan cara damai, melalui perdagangan dan dakwah yang dilakukan para
pedagang, mubaligh-mubaligh atau orang-orang alim.
Indonesia
sekarang merupakan negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia. Penyebaran
Islam di Indonesia diakui dengan cara-cara damai. Saluran-saluran islamisasi
dan cara pelaksanaannya tentu tidak sedikit. Saluran-saluran itu saling
berkaitan, sehingga saluran yang satu memperkuat saluran yang lain. Misalnya
saluran perdagangan diperkuat dengan saluran perkawinan, saluran-saluran
tasawuf diperkuat dengan saluran pendidikan, dan seterusnya.
Saluran-saluran
itu diantaranya adalah:
1. Saluran
Perdagangan
Saluran
perdagangan sejalan dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad ke-7 hingga
abad ke-16. Pada saat itu pedagang-pedagang muslim turut serta ambil bagian
dalam perdagangan dengan di kawasan Indonesia. Penggunaan perdagangan sebagai
saluran islamisasi dimungkinkan karena dalam Islam tidak ada pemisahan antara
kegiatan berdagang dan kewajiban dakwah. Proses Islamisasi melalui saluran
perdagangan dipercepat oleh situasi dan kondisi politik beberapa kerajaan di
mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pusat
kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan. Mula-mula mereka
berdatangan di pusat-pusat perdagangan dan di antaranya kemudian ada yang
tinggal, baik untuk sementara waktu maupun menetap. Lambat laun tempat tinggal
mereka berkembang menjadi perkampungan, yang disebut Pekojan. Lingkungan mereka
makin luas dan dengan cara demikian lambat laun timbul kampung-kampung,
daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan muslim.
2. Saluran
Perkawinan
Melalui
saluran perkawinan antara pedagang atau saudagar dengan wanita pribumi juga
merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Perkawinan merupakan
salah satu saluran Islamisasi yang lebih menguntungkan lagi apabila terjadi
antara saudagar, ulama atau golongan lain, dengan anak bangsawan atau anak raja
dan adipati, karena status sosial-ekonomi, terutama politik raja-raja,
adipati-adipati, dan bangsawan-bangsawan pada waktu itu turut mempercepat
proses Islamisasi.
3. Saluran
Tasawuf
Tasawuf
juga merupakan salah satu saluran penting dalam proses Islamisasi. Para guru
terekat memegang peranan penting juga dalamorganisasi masyarakat kota-kota
pelabuhan. Mereka adalah guru-guru pengembara yang mengajarkan teosofi yang
telah bercampur, yang dikenal luas oleh bangsa Indonesia tetapi yang sudah
menjadi keyakinannya. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai
kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Mereka siap untuk memelihara kelanjutan dengan
masa lampau dan menggunakan istilah-istilah dan anasir-anasir budaya pra-Islam
dalam hubungan Islam. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang
mengandung persamaan dengan alam pikiran mistik Indonesia-Hindu adalah Hamzah
al-Fansuri dan Syamsuddin al-Sumatrani di Aceh, Syekh Lemah Abang dan Sunan
Panggung di Jawa.
4. Saluran
Pendidikan
Kecuali
melalui Tasawuf, Islamisasi juga dilakukan melalui lembaga pendidikan. Lembaga
pendidikan Islam sudah berdiri sejak pertama kali Islam datang ke Indonesia. Di
Aceh lembaga-lembaga pendidikan Islam itu mengambil bentuk yang beragam
sehingga memunculkan beberapa nama, seperti meunasah, dayah dan rangkang. Di
Sumatera Barat dikenal lembaga pendidikan Islam surau. Di Kalimantan dikenal
lembaga pendidikan Islam langgar. Sementara di Jawa dikenal pondok dan
pesantren. Belum lagi kalau dimasukkan ke dalam kriteria lembaga pendidikan
Islam pengajian-pengajian al-Qur’an yang berlangsung di rumah-rumah alim ulama.
Di
lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut dilangsung pembinaan calon guru-guru
agama, kyai-kyai atau ulama-ulama. Setelah menamatkan pendidikan, mereka
kembali ke kampung masing-masing atau ke desa-desanya, tempat mereka menjadi
tokoh keagamaan.
5. Saluran
Kesenian
Saluran
dan cara Islamisasi lain dapat pula melalui cabang-cabang kesenian seperti seni
bangunan, seni pahat dan ukir, seni tari, seni musik dan seni sastra. Dengan
kesenian ini dimaksudkan bahwa jenis-jenis kesenian pra-Islam tetap
dipertahankan, sehingga penduduk Indonesia tidak merasa asing masuk ke dalam
lingkungan Islam. Di antara karya seni yang terkenal dijadikan alat Islamisasi
adalah pertunjukan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi
minta agar para penonton mengikutinya mengucapkan Kalimat Syahadat, yang
berarti dengan demikian orang menjadi masuk Islam. Sebagian besar cerita wayang
masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi sedikit demi sedikit
nama tokoh-tokohnya diganti menjadi nama-nama pahlawan Islam.
D.
Sejarah Masuknya Islam dan Perkembangan Islam di Indonesia
1. Sumatera
a.
Pantai Barat Pulau Sumatera
Sesuai
dengan keputusan “Seminar Masuknya Islam ke Indonesia” yang diadakan di Medan
tahun 1963, maka tempat yang mula-mula masuknya Islam di Pulau Sumatera adalah
“Pantai Barat Sumatera”. Dari sana berkembang ke daerah-daerah lainnya.
Beberapa ahli yang berpendapat tentang masuknya Islam di Sumatera pada abad
Ke-7 M itu yaitu: Sayed Alwi bin Tahih al Haddad Mufsi, H. M. Zaenuddin, Zainal
Arifin Abbas
b.
Samudera Pasai
Agama
Islam berkembang di Indonesia mula-mula di Pasai Aceh Utara. Para pembawa agama
Islam ini mula-mula berda’wah di kalangan rakyat biasa lewat perdagangan.
Dengan kesopanan dan keramahan orang Arab yang berda’wah itu, maka penduduk
Pasai sangat terkesan dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam. Begitu pula
Raja dan para pemimpin negeri masuk Islam.
Maka
berdirilah Kerajaan Islam pertama kali di Pasai. Pada saat itu, tiba masanya
perkembangan Islam khususnya di daerah Aceh dan Sumatera Utara untuk memperluas
penyiaran Islam. Maka berkembanglah Islam dari Pasai ke Malaka, Tapanuli, Riau,
Minangkabau, Kerinci dan ke daerah-daerah lainnya. Kerajaan Islam Pasai berdiri
sekitar tahun 1297, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Serambi Makkah”.
c.
Sumatera Barat
Setelah
agama Islam berkembang di Pasai, tidak lama sesudah itu tersebar pula ke
daerah-daerah lain yaitu ke Pariaman Sumatera Barat. Islam datang ke Pariaman
dari Pasai dengan melalui laut “Pantai Barat Pulau Sumatera”. Ulama yang
terkenal membawa Islam ke Pariaman itu adalah Syekh Burhanuddin. Penyiaran
agama Islam dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap, sebab adat di Sumatera
Barat sangat kuat.
Sebagai
bukti bahwa agama Islam diterima oleh masyarakat Sumatera Barat dengan kerelaan
dan kesadaran adalah dengan populernya pepatah yang mengatakan : “Adat bersendi
syara”, syara bersendi Kitabullah”. Jadi adat istiadat yang sangat dipegang
teguh oleh masyarakat Sumatera Barat itu adalah “Adat yang bersendikan Islam”
artinya Islam menjadi dasar adat.
d.
Sumatera Selatan
Sekitar
tahun 1440 agama Islam masuk ke Sumatera Selatan. Mubaligh yang paling berjasa
membawa Islam ke Sumatera Selatan adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Arya Damar
yang terkenal dengan nama Aryadillah (Abdillah) adalah Bupati Majapahit di
Palembang waktu itu, kemudian Raden Rahmat (Sunan Ampel) memberi saran kepada
Abdillah agar bersedia menyebarkan agama Islam di Sumatera Selatan. Atas rahmat
dan petunjuk Allah, saran Raden Rahmat tersebut dilaksanakan oleh Ardillah,
sehingga agama Islam di Sumatera Selatan berkembang dengan baik.
2. Jawa
Menurut
berita Tionghoa pada tahun 1416 M di tanah Jawa sudah banyak orang Islam,
tetapi orang asing. Hal ini dapat dikaitkan dengan wafatnya seorang mubaligh
Islam yang mula-mula menyiarkan Islam di Jawa, yaitu Maulana Malik Ibrahim
(wafat 1419)
Sebelum
Maulana Malik Ibrahim ke tanah Jawa, rupanya telah banyak pedagang-pedagang
Islam yang berniaga sambil menyiarkan agama Islam. Hal ini dikuatkan dengan
diketemukan makam dari seorang wanita Islam yang bernama Fatimah binti Maimun
yang wafat pada tahun 475 H/1082 M dimakamkan di Gresik.
Dalam
mengupas tersebarnya Islam di Jawa tidaklah lengkap rasanya bila tidak
mengemukakan “Wali Songo” sebagai mubaligh-mubaligh ternama di tanah Jawa. Para
wali itu sangat besar jasanya dalam penyiaran Islam di Jawa, walaupun banyak
rintangan yang mereka hadapi, namun dengan ketekunan, kebijaksanaan dan
perjuangan mereka, Islam bisa masuk ke pelosok-pelosok tanah Jawa.
3. Kalimantan
a.
Kalimantan Selatan
Di
pulau Kalimantan, agama Islam mula-mula masuk di Kalimantan Selatan. Nama
kotanya adalah Banjarmasin. Pembawa agama Islam ke Kalimantan Selatan ini
adalah para pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari pulau Jawa.
Perkembangan agama Islam di Kalimantan Selatan itu sangat pesat dan mencapai
puncaknya setelah kerajaan Majapahit runtuh tahun 1478.
b.
Kalimantan Barat
Daerah
lainnya di Kalimantan yang dimasuki agama Islam adalah kalimantan Barat. Islam
masuk ke Kalimantan Barat itu mula-mula di daerah Muara Sambas dan Sukadana.
Dari dua daerah inilah baru kemudian tersebar ke seluruh Kalimantan Barat.
Pembawa agama Islam ke daerah Kalimantan Barat adalah para pedagang dari Johor
(Malaysia) dan Mubaligh dari Palembang (Sumatera Selatan).
Sultan
Islam yang pertama (tahun 1591) di Kalimantan Barat berkedudukan di Sukadana
yaitu Panembahan Giri Kusuma. Sedang Sultan Sukadana yang kedua Sultan Muhammad
Safiuddin (1677).
4. Sulawesi
Islam
masuk ke Sulawesi pada awal abad XVI M dimulai dari Sulawesi Selatan. Hal ini
dikaitkan bahwa pada tahun 1540 M di Sulawesi Selatan telah dijumpai
pemeluk-pemeluk Islam, terutama suku Bugis dan Makasar. Kerajaan di Sulawesi
Selatan yang mula-mula menerima Islam sebagai agama resmi kerajaan ialah Kerajaan
Goa dan Tallo. Raja Tallo yang merangkap pekerjaan sebagai Mangkubumi kerajaan
Goa, dan menerima Islam sebagai agamanya adalah Malingkrang Daeng Manyari.
Sesudah memeluk agama Islam, beliau bergelar Sultan Abdullah Awwalalul Islam.
Selanjutnya Raja Goa ke XIV Baginda I Manggerengi Daeng Manrabia juga memeluk
Islam, lalu berganti nama menjadi Sultan Alaudin. Dengan masuk Islamnya
raja-raja Tallo dan Goa, maka rakyat segera mengikutinya. Dan dalam waktu dua
tahun seluruh rakyat Goa dan Tallo di-Islamkan. Adapun mubaligh yang berjasa
dalam meng-Islamkan raja dan rakyat Goa dan Tallo adalah Abdul Qadir Khatib
Tunggal, berasal dari Minangkabau dan diperkirakan pernah menjadi murid Sunan
Giri.
5. Nusa
Tenggara
Pada
tahun 1540 agama Islam masuk pula ke Nusatenggara. Masuknya agama Islam ke
Nusatenggara dibawa oleh para mubaligh dari Bugis (Sulawesi Selatan) dan
mubaligh dari pulau Jawa.
Agama
Islam berkembang di Nusatenggara mula-mula di daerah Lombok yang penduduknya
disebut suku Sasak. Agama masuk Lombok dengan damai atas jasa dari
mubaligh-mubaligh orang Bugis yang masyhur pandai berlayar dan berdagang
itu. Secara berangsur-angsur akhirnya penduduk Lombok mayoritas beragama Islam.
Dari daerah Lombok, secara pelan-pelan selanjutnya tersebar pula ke daerah-daerah
Sumbawa dan Flores
Yang
berjasa besar untuk meng-Islamkan penduduk Nusa tenggara itu ialah
pedagang-pedagang Bugis dari Sulawesi Selatan, dan ada pula pedagang dan
mubaligh dari Jawa. Peng-Islaman di Nusatenggara dengan lancar dan dapat
mencapai prosentasi yang tinggi ialah di Lombok dan Sumbawa.
Lebih
dari itu Sumbawa berhasil mendirikan kerajaan Islam yang berpusat di Bima.
Pengembangan agama Islam di Bima sejak awal abad ke-16, penyiarannya datang
dari dua arah yaitu dari Jawa dan dari Sulawesi Selatan.
Yang
berhasil meng-Islamkan penduduk Flores ialah : kaum muslimin Bugis dengan jalan
mempelajari Bahasa Flores dengan menyesuaikan adat istiadat di sana. Dengan
demikian penduduk Flores banyak yang masuk Islam sekalipun mereka sudah
beragama Katholik.
E.
Kerajaan Islam yang Berkembang di Indonesia
1. Kerajaan
Samudera Pasai
Kerajaan
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama kali di Indonesia.
Kerajaan Samudera Pasai yang terletak di Lhokseumawe berdiri pada abad ke-13.
Raja pertama yaitu Sultan Malik Al Saleh yang memerintah tahun 1297. Banyak
pdagang muslim Arab dan Gujarat yang tinggal di Samudera Pasai sehingga
Samudera Pasai berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia.
Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1345 mengalami kemunduran pada masa
sepeninggal Sultan Ahmad. Hal ini disebabkan oleh terdesaknya perdagangan
Samudera Pasai oleh Malaka.
2. Kerajaan
Aceh
Kerajaan
Aceh berdiri pada awal abad ke-16 yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah
setelah berhasil melepaskan diri dari kerajaan Pedir. Kerajaan Aceh mengalami
puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636).
Wilayah kekuasaan kerajaan Aceh bertambah luas hingga ke Deli, Nias, Bintang,
Johar, Pahang, Perah, dan Kedah. Dalam upayanya memperluas wilayah ternyata
diikuti dengan upaya penyebaran agama Islam sehingga daerah-daerah yang
dikuasai Kerajaan Aceh akhirnya menganut Islam. Corak pemerintahan Kerajaan
Aceh memiliki ciri khusus yang di dasarkan pemerintahan sipil dan agama. Hukum
adat dijalankan berlandaskan Islam yang disebut Adat Maukta Alam. Setelah
Sultan Iskandar Muda meninggal Aceh mengalami kemunduran.
3. Kerajaan
Demak
Kerajaan
Demak didirikan oleh Raden Patah pada akhir abad 15, setelah berhasil
melepaskan diri dari pengaruh kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak merupakan
kerajaan Islam yang berdiri di Pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Raden Patah,
Demak mengalami perkembangan pesat.. Kerajaan Demak dengan bantuan wali sanga
berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa pada masa inilah Masjid
Agung Demak dbangun.
4. Kerajaan
Pajang
Kerajaan
Pajang didirikan oleh Joko Tingkir yang telah menjadi raja bergelar Sultan
Hadiwijaya. Pada masa pemerintahannya, kerajaan mengalami kemajuan. Pengganti
Sultan Hadiwijaya adalah putranya bernama pangeran Benowo. Pada masa
pemerintahannya, terjadi pemberontakan Arya Pangiri ( Putra Sultan Prawoto ).
Akan tetapi pemberontakan tersebut dapat ditumpas oleh Sutawijaya ( Putra Ki
Ageng Pemanahan ). Pangeran Benowo selanjutnya menyerahkan pemerintahan Pajang
kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pemerintahan Pajang ke
Mataram.
5. Kerajaan
Mataram Islam
Kerajaan
Mataram Islam berdiri tahun 1586 dengan raja yang pertama Sutawijaya
(1586-1601). Pengganti Sutawijaya yaitu Mas Jolang (1601-1613). Dalam usahanya
mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Pantai untuk memperkuat kedudukan
politik dan ekonomi Mataram. Sepeninggal Mas Jolang, kerajaan Mataram kemudian
diperintah Sultan Agung pada masa inilah Mataram mencapai puncak kejayaan.
Wilayah Mataram bertambah luas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian
Jawa Barat. Sepeninggal Sultan Agung tahun 1645, kerajaan mataram mengalami
kemunduran sebab penggantinya cenderung bekerjasama dengan VOC.
6. Kerajaan
Cirebon
Kerajaan
Cirebon didirikan oleh Fatahillah setelah menyerahkan Banten kepada puteranya.
Pada masa pemerintahan Fatahillah (Sunan Gunung Jati) perkembangan agama Islam
di Cirebon mengalami kemajuan pesat. Pengganti Fatahillah setelah wafat adalah
penembahan Ratu, tetapi kerajaan Cirebon mengalami kemunduran. Pada tahun 1681
kerajaan Cirebon pecah menjadi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
7. Kerajaan
Makasar
Kerajaan
Makasar yang berdiri pada abad 18 pada mulanya terdiri dari dua kerajaan yaitu
kerajaan Goa dan Tallo (Gowa Tallo). Raja Gowa Daeng Meurabia menjadi raja Gowa
Tallo bergelar Sultan Alaudin dan Raja Tallo Karaeng Matoaya menjadi patih
bergelar Sultan Abdullah. Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) akhirnya dapat
berkembang menjadi pusat perdagangan.
8. Kerajaan
Ternate
Kerajaan
Ternate berdiri pada abad ke-13 yang beribu kota di Sampalu. Agama Islam mulai
disebarkan di Ternate pada abad ke-14. Pada abad ke-15 Kerajaan Ternate dapat
berkembang pesat oleh kekayaan rempah-rempah dan kemajuan pelayaran serta
perdagangan di Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Baabullah. Pada saat itu wilayah kerajaan Ternate sampai ke
daerah Filipina bagian selatan bersamaan pula dengan penyebaran agama Islam.
Oleh karena kebesarannya, Sultan Baabullah mendapat sebutan “Yng dipertuan” di
72 Pulau.
9. Kerajaan
Tidore
Kerajaan
Tidore berdiri abad ke-13 hampir bersamaan dengan kerajaan Ternate. Pada
awalnya Ternate dan Tidore bersaing memperebutkan kekuasaan perdagangan di
Maluku. Lebih-lebih dengan datangnya Portugis dan Spanyol di Maluku. Akan
tetapi kedua kerajaan tersebut akhirnya bersatu melawan kekuasaan Portugis di
Maluku. Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku. Pada masa pemerintahannya berhasil memperluas daerahnya sampai ke
Halmahera, Seram dan Kai sambil melakukan penyebaran agama Islam.
Makasih ya gan , blog ini sangat bermanfaat sekali .............
BalasHapusbisnistiket.co.id
Artikelnya sangat panjang menjelaskan Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara ijin ambil ilmunya ya dan terima kasih..
BalasHapus